Tuesday, June 4, 2013

Kenapa Bung Karno Melarang Beatles?

Kenapa Bung Karno Melarang Beatles?



Pelarangan kerja seni bukan pertama kali di negeri ini, di masa lalu kita mengenal bagaimana Pemerintahan Sukarno habis-habisan menentang musik urakan yang ditulis banyak wartawan waktu itu sebagai ‘budaya dekaden, dulu yang beken itu musik The Beatles, anak-anak muda Liverpool pimpinan John Lennon setelah balik dari Berlin, manggung lagi di Liverpool dan meledak di tahun 1962 dengan single lagu‘Love Me Do’. Single ‘love me do’ meledak dimana-mana, bahkan di Amerika Serikat terjadi serangan besar musik Inggris yang disebut dengan british invasion.

133707173299490778
The Beatles, Musik yang Dibredel Jaman Bung Karno (Sumber Photo : Guitartab.com)
Beatles menjadi fenomena, di Indonesia serta merta Beatles meledak, setiap Beatles manggung jeritan perempuan dimana-mana, Beatles seperti dewa yang turun tiba-tiba. Suatu saat Brigjen Sabur membawakan sebuah piringan hitam kepada Bung Karno, “Ini Pak Lagu Beatles” kata Sabur di akhir tahun 1964. Bung Karno mendengarkan, Bung Karno sebenarnya suka saja dengan Beatles tapi waktu itu Bung Karno lagi bikin front pertempuan dengan Malaya buatan Inggris. Beatles dianggap sebagai lambang imperialisme, lambang kejayaan Inggris, Bung Karno nanya ke Sabur waktu dengerin salah satu lagu Beatles “Bur, iki grup jenenge opo (Bur, ini grup namanya apa?)” Sabur menjawab singkat “The Beatles, Pak”. Bung Karno ketawa “Opo Bitel?”, Subur ketawa dan bilang “Ya, Pak Bitel-Bitelan” Bung Karno sama Sabur ngakak .

Bung Karno ini hobinya berdialektika, ia ingin ada musik tandingan Beatles – tapi Bung Karno waktu itu udah terlalu tua untuk paham gejolak anak muda, jadi musik Beatles dilawan dengan lagu lenso dan tarian-tarian daerah, tentu saja niat baik Bung Karno ini ditertawakan banyak anak gedongan di Jakarta, tapi mungkin saja Bung Karno nggak tau kalo Beatles sebenarnya niru-niru The Tielman Brothers, sebuah grup musik yang diisi keturunan Kupang, kelahiran Malang. Anak-anak Tielman Brothers bahkan pernah manggung di depan Bung Karno di Malang tahun 1948.
13370718161223840591
Tielman Brothers, Grup musik asal Surabaya yang jadi Inspirator Paul MacCartney dalam Mengembangkan Beatles (Sumber Photo : Wikipedia)
Tielman Brothers di tahun 1950-an hijrah ke Belanda, disana mereka sering manggung di Pasar Tongtong, lagu-lagu Indonesia seperti : Nina Bobo sering dinyanyikan di Pasar TongTong, Pasar Tong Tong adalah festivalnya orang Indo-Belanda, atau Belanda totok yang lama tinggal di Indonesia, mereka rindu Indonesia, di festival itu selalu ada nasi goreng dan lagu-lagu Indonesia. Tahun 1958 Tielman pindah ke Jerman Barat, disana dia manggung di sebuah kafe, mereka main di sebuah klub bernama Indra Club. Kebetulan ada serombongan anak muda dari Liverpool bertampang mengenaskan, kucel tapi suka musik, mereka adalah John Lennon, Paul McCartney, Pete Best, Stuart Sutcliffe dan George Harrison. Sebelum berangkat ke Jerman Barat, The Beatles namanya masih Quarrymen, tapi di pesawat, John Lennon bilang, grupnya diganti aja jadi The Beatles. Laennya ngangguk setuju.

Di Jerman Barat mereka manggung menghibur tentara-tentara Amerika Serikat di Hamburg, habis manggung mereka nonton di club-club lain, dari mereka berlima yang doyan nonton musik dan belajar hanya Paul McCartney, ada yang disukai dari Paul McCartney yaitu sebuah grup musik dari Indonesia bernama Tielman Brothers, dan Paul mengenangnya sebagai ‘Indorock’. Kelak di sebuah wawancara di tahun 2000-an awal, Paul mengakui bahwa yang menginspirasi cara bermain musik dan gaya The Beatles adalah The Tielman Brothers.

Selain Beatles, yang mengeksplorasi gaya Tielman Brothers, adalah Jimmy Hendrixx aksi Jimi Hendrix yang suka banget dengan gaya Andy Tielman saat membunyikan gitar dengan giginya.

Beatles kemudian membesar dan di Indonesia digandrungin, anak-anak Jenderal pada suka The Beatles, Guntur Sukarno sendiri punya band ala barat, grup band Guntur Sukarno mirip-mirip lagunya dengan Grup The Shadows yang dulu lagi beken juga di tahun 1965-an.
13370719061378742208
The Shadows, Grup Musik barat Kesukaan Guntur Sukarno (Sumber Photo : Wikipedia)
Entahlah apa Bung Karno tau anaknya maen band ala barat atau nggak, yang jelas Bung Karno terang-terangan melawan gelombang Beatles, di satu kesempatan Bung Karno berpidato dengan keras menegur Koes Bersaudara yang terus terusan nyanyi lagu Beatles “Itu jangan ikut-ikutan saudaramu Koes Bersaudara yang main lagu Bitel-Bitelan” kata Bung Karno. Teguran Bung Karno di pidatonya itu sontak bikin tentara nyiduk Koes Bersaudara dan dibawa ke Penjara Glodok.
13370720671467685478
Koes Bersaudaran Dengan Ayahnya Pak Koeswoyo (Sumber Photo : Fans Club Koes Plus
Dulu belum ada istilahnya ‘panggung musik’ yang ada adalah ‘Panggung Ketoprak’ jaman itu PKI lagi kuat-kuatnya, salah satu afiliasi budaya PKI yaitu Lekra doyan banget dengan Ketoprak, bagi Lekra Ketoprak adalah perlawanan dengan budaya Wayang Kulit, budaya Keraton dan dalam Ketoprak cerita-cerita perebutan kekuasaan dimana rakyat bergerak adalah jamak, jadi Ketoprak adalah pilihan utama Lekra untuk merealisasikan definisi seni mereka ‘Realisme Sosialisme’. Kelompok Kiri juga amat kolot dengan tubuh perempuan, mereka melakukan ganyang baju-baju You Can See. Celana jeans dilarang, celana ketat dilarang, ketangkep pake celana ketat, celananya dimasukin botol kalo nggak muat celana digunting ama tentara. Rambut gondrong digunting, tentara selain bawa senapan juga siap-siap bawa gunting buat potongin rambut anak-anak muda yang gondrong. Di masa Revolusi Sukarno, tubuh jadi tak berhak atas kemerdekaannya.

Sementara anak-anak gedongan di Djakarta, Semarang atau Surabaya udah mulai doyan sama musik barat. Di Djakarta sendiri banyak kumpulan dansa dansi dan klub-klub anak muda, ada yang berbasis tempat tinggal ada yang berbasis kampus. Yang paling terkenal dan beken banget dulu namanya Imada (Ikatan Mahasiswa Djakarta). Anak-anak gedongan di Menteng dan Kebayoran punya aksi, yaitu ‘Pesta Rumah’. Setiap pesta rumah inilah mereka undang grup-grup musik yang lagi naik daun dan harus nyanyiin lagu barat. Di film Pengkhianatan G 30 S/PKI diilustrasikan anak-anak Jenderal Yani sedang memainkan piringan hitam dengan lagu Beatles.

Suatu saat Koes Bersaudara diundang ke rumah seorang penggede Angkatan Laut di sekitar Bendungan Hilir, pas manggung di halaman belakang, mereka diteriakan orang-orang di luar tembok, mereka disambitin dengan batu dan balok. “Ganyang Nekolim, ganyang antek antek barat, sikat habis bitel-bitelan’ teriak mereka. Kemungkinan besar yang ngelemparin batu adalah Pemuda Rakyat. Acara musik-pun bubar, dan Koes Bersaudara dipanggil kepolisian dan dijeblosin ke tahanan, selama di tahanan Koes Bersaudara diperiksa oleh Jaksa Aruan.

Bung Karno saat itu ingin kita bukan jadi bangsa Penjiplak, tapi sebagai bangsa yang mampu mengembangkan budayanya sendiri di upacara 17 Agustus 1945 Bung Karno berkata : “Aku tanyaken pada kalian? Apa yang lebih indah dari berkepribadian di bidang kebudayaan? –Bukan saja bumi dan air kita yang kaya raya, juga kebudayaan kita kaya raya. Kesusastraan kita, seni rupa kita, musik kita, semuanya kaya raya. Untuk membangun kebudayaan baru itu kita memiliki segala syarat yang diperlukan, Kebudayaan baru itu harus berkepribadian nasional dan tegas mengabdi rakyat. Dengan menepis yang lama kita membangun yang baru, dari kebudayaan lama kita kikis feodalisme, dari kebudayaan asing kita kikis imperialisme”

Begitu kata Bung Karno. Saat itu memang Bung Karno lagi bikin strategi besar kebudayaan, ia ingin Indonesia jadi pusat kebudayaan dunia, Bung Karno menolak musik yang menjiplak. Tapi tetap saja Beatles akhirnya menang di Indonesia.  Dan Koes Bersaudara jadi tonggak besar dalam sejarah musik Indonesia modern.

Sumber : http://sejarah.kompasiana.com/2012/05/15/dari-beatles-sampai-lady-gaga-462444.html

No comments:

Post a Comment