Friday, June 21, 2013

Tangisan istri-istri Soekarno melepas kepergian sang arjuna

Tangisan istri-istri Soekarno melepas kepergian sang arjuna


Tangisan istri-istri Soekarno melepas kepergian sang arjuna
Perjalanan terakhir Soekarno. ©Sumber: Syamsul Hadi

Setelah lama menderita akibat penyakit yang dideritanya, Soekarno akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tepat pukul 07.07 WIB, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Berita duka itu disambut isak tangis oleh para istri dan anak-anak Bung Karno.

Hartini, istri ke-4 Bung Karno, baru sampai di RSPAD sekitar pukul 08.30 WIB. Begitu melihat suami yang sangat dicintainya itu telah tak bernapas lagi, Hartini langsung jatuh pingsan.

Setelah beberapa saat siuman, Hartini kembali meluapkan kesedihan dan rasa kehilangannya. Dengan penuh kesedihan, Hartini menciumi jasad suaminya yang sudah tak bernyawa itu.

Selang setengah jam kemudian, Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) istri ke-5 Bung Karno tiba di RSPAD. Kesedihan dan isak tangis tak terbendung dari dirinya. Dewi yang datang dengan buah cintanya bersama Bung Karno, Karina (Kartika) menangis sedih sembari menciumi jasad Bung Karno.

Meski kabar duka wafatnya Bung Karno baru diterima Inggit Ganarsih, istri kedua Bung Karno, pukul 15.00 WIB, hal itu tak menghalanginya untuk langsung bergegas meninggalkan Bandung menuju Jakarta.

Meski sempat kecewa karena Bung Karno menikahi wanita lain, hal itu tak menjadi penghalang Inggit menemui mantan suami yang begitu dicintainya itu. Setibanya di RSPAD, Inggit menangis sedih karena pria yang dicintainya itu telah mendahuluinya.

"Ngkus, guing Ngkus mendahului, Ngit mendoakan," kata Inggit dengan suara terputus-putus, seperti dikutip dari buku 'Hari-Hari Terakhir Sukarno' Karya Peter Kasenda, terbitan Komunitas Bambu.

Senada dengan Inggit, mantan istri Bung Karno, Haryatie merasa hancur hatinya saat melihat pria yang dulu memberinya kasih sayang kini diam dingin dengan wajah tertutup kafan. Suasana hati Haryatie seakan ingin memberontak, menjerit dan menangis saat itu.

Namun hal itu tidak dilakukannya. Dalam hati Haryatie berbisik kepada Soekarno. Dia meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dibuatnya.

Sementara itu, Yurike Sanger, istri ke-7 Bung Karno, menangis histeris saat melihat putra sang fajar telah membujur kaku. Saat itu, jenazah Bung Karno sudah disemayamkan di Wisma Yaso.

Dalam buku 'Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA' karya Kadjat Adra'i, terbitan Komunitas Bambu, diceritakan, Yurike meratapi kepergian Bung Karno. Dia meratapi wajah Bung Karno yang tersenyum damai di balik kerudung kelambu putih itu.

"Kata orang aku tak sekadar meratap, tetapi histeris. Aku tidak peduli. Berkali-kali kupanggil namanya hingga suaraku tak terdengar lagi," kata Yurike.

Berbeda dengan istri-istri Soekarno yang lain, Fatmawati, istri ke tiga Bung Karno, memilih tak datang melihat jenazah suaminya. Kalimat 'Innalillahi Wainnaillaihi raji'un' sontak keluar dari mulutnya saat mendengar kabar wafatnya Bung Karno.

Fatmawati menangis di rumahnya yang terletak di Jalan Sriwijaya 26 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rasa cemburu kepada Hartini sepertinya masih membekas di hatinya.

Meski demikian, Fatmawati saat itu meminta kepada pemerintah agar jenazah Bung Karnodisemayamkan di kediamannya. Namun, dia harus kecewa berat karena Presiden Soeharto menolak dan memilih Wisma Yaso sebagai tempat mensemayamkan Bung Karno.

Saat itu, batin Fatmawati benar-benar terguncang. Dia merasa amat terpukul karena permintaannya ditolak Presiden Soeharto. Ketika jutaan rakyat terpaku kelu dengan duka mendalam atas kepergian sang pemimpin besar revolusi, Fatmawati justru termangu sunyi di rumahnya.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/tangisan-istri-istri-soekarno-melepas-kepergian-sang-arjuna.html

Saat lautan manusia antarkan Soekarno ke liang lahat

Saat lautan manusia antarkan Soekarno ke liang lahat


Saat lautan manusia antarkan Soekarno ke liang lahat
Perjalanan terakhir Soekarno. ©Dokumentasi HN Irna Hadi Soewito

Presiden Pertama RI, Soekarno, meninggal dalam keadaan menderita, stres dan tubuh yang rusak akibat digerogoti penyakit. Bung Karno--demikian rakyat Republik ini memanggil tokoh yang juga dijuluki sang proklamator, itu. Dia dimakamkan di Blitar, Jawa Timur dengan iringan doa dan tangis rakyat Indonesia.

Minggu siang, 21 Juni 1970, kabar meninggalnya Bung Karno tersiar melalui berita-berita. Seluruh kegiatan sejenak terhenti, disusul dengan kasak-kusuk pembicaraan di kantor, di rumah, di toko, di pasar, dan di manapun manusia Indonesia berada. Topik pembicaraan sama, Soekarno mangkat.

Bambang Widjanarko pernah menulis kisah wafatnya Soekarno dalam buku berjudul: "Sewindu Dekat Bung Karno", yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 1988. Dia merupakan bekas ajudan Bung Karno selama delapan tahun, mulai 1960 hingga 1967.

Bambang mengisahkan, seperti tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya malam itu telah disiapkan sebagai malam gembira bagi warga Jakarta, yang akrab dikenal sebagai malam muda-mudi semalam suntuk. Tujuanya untuk menyambut hari ulang tahun Kota Jakarta yang jatuh pada 22 Juni.

Namun karena ada berita Bung Karno wafat, maka dengan bijaksana Gubernur DKI Jakarta membatalkan malam gembira tersebut. Gubernur malah mengajak warga Jakarta bersama-sama seluruh rakyat Indonesia menundukkan kepala turut berbelasungkawa atas meninggalnya seorang pemimpin bangsa.

Sebagai perwira marinir, Widjanarko seketika itu pula langsung menuju Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto, tempat jenazah Bung Karno disemayamkan bersama ratusan ribu rakyat yang datang sepontan. "Melalui antrean setapak demi setapak saya bergerak maju mendekati jenazah yang terbaring di ruang tengah."

Tidak terdengar tawa, kata dia. Bahkan hampir tidak ada orang bicara. Mereka hanya berbisik, dan sedu-sedan tangis beriringan menyayat hati. Di tengah lautan manusia itu Bambang berada, menyaksikan sejarah kematian seorang tokoh besar dalam hidupnya.

Bambang selanjutnya turut menghantar jenazah Bung Karno ke Blitar. Sesuai instruksi Kepala Staf Angkatan Laut, hari berikutnya dia turut membawa jenazah Bung Karno ke Blitar pukul 10.00 WIB. Iring-iringan mobil jenazah lebih dulu menuju Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma.

Sepanjang jalan ke bandara itu, ribuan rakyat berjejal memberi penghormatan terakhir kepada sang presiden. Sebuah pesawat Hercules AURI membawa seluruh rombongan dari Halim menuju Malang, Jawa Timur.

Di sana, kata Bambang, konvoi kendaraan bermotor telah siap menunggu kedatangan jenazah. "Dari lapangan terbang Malang menuju Blitar, saya saksikan lagi betapa ribuan rakyat berjejal sepanjang jalan. Ibu-ibu dan gadis-gadis menjerit, menangis, atau diam dengan air mata terus meleleh di pipi," kata Bambang.

Hal ini membuktikan upaya Orde Baru untuk menghapus semua kenangan rakyat terhadapSoekarno tak sepenuhnya berhasil. Dari tahun 1967 Soekarno dilarang tampil di depan umum dan dipenjara dalam tahanan rumah. Soekarno dilarang bertemu wartawan atau berbicara selain pada keluarga. Sosoknya terus dikaitkan dengan PKI dan pembunuhan tujuh jenderal. Tapi rakyat rupanya masih mencintai Soekarno.

Bambang melihat hal itu. Dia berkata pada putri Soekarno, Rachmawati.

"Lihatlah Rachma, rakyat masih mencintai Bung Karno. Mereka juga merasa kehilangan. Jasa Bapak bagi Nusa dan Bangsa tidak akan terlupakan selamanya."

Rachmawati mengangguk.

Tiba di Blitar hari telah senja. Di sana ratusan ribu rakyat telah menunggu di tempat pemakaman. Bukan makam pahlawan, tetapi makam umum biasa di tengah Kota Blitar. Upacara pemakaman dengan cepat dilaksanakan, dipimpin Jenderal Panggabean sebagai Inspektur Upacara mewakili Pemerintah RI.

Setelah upacara selesai, ketika seluruh karangan bunga diletakkan dan seluruh pejabat pulang, ribuan manusia ternyata masih tetap tinggal di makam. Dengan tertib mereka maju berkelompok, meletakkan karangan bunga. Malam semakin gelap, tapi peziarah tak surut.

"Sampai lewat tengah malam, makam belum juga sunyi. Di samping makam, para peziarah terus berdoa dari sore hari, datang pula rombongan baru yang tidak menghiraukan jarak dan waktu."

Itulah kisah pejalanan akhir Soekarno ke liang lahat. Lautan manusia tumpah menyambut dia. Bahkan hingga kini, makam sang Proklamator RI itu masih ramai. Makam itu ditandai batu nisan dengan pesan: DI SINI DIMAKAMKAN Bung Karno, PROKLAMATOR KEMERDEKAAN, dan PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/saat-lautan-manusia-antarkan-soekarno-ke-liang-lahat.html

Allah, kalimat terakhir Soekarno sebelum meninggal

Allah, kalimat terakhir Soekarno sebelum meninggal


Allah, kalimat terakhir Soekarno sebelum meninggal
Perjalanan terakhir Soekarno. ©Dokumentasi HN Irna Hadi Soewito

Hari ini, tepat 43 tahun lalu, Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno, meninggal dunia. HaulSoekarno selalu disambut dengan doa dan tahlilan para Soekarnois. Tahun ini, ribuan warga Blitar menggelar tumpeng sepanjang 2 km di Istana Gebang. Tempat itu merupakan rumah masa kecilSoekarno.

Sayangnya kematian Soekarno tak seindah jasanya memerdekakan negeri ini.

Soekarno meninggal dalam ruang perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Komplikasi ginjal, gagal jantung, sesak napas dan rematik mengalahkan tubuhnya. Semangatnya sudah hilang bertahun-tahun lalu lalu saat Jenderal Soeharto menahannya di Wisma Yasoo.

Soekarno diasingkan dari rakyat yang dicintainya. Bahkan keluarga sendiri dipersulit jika mau menjenguk. Dengan cepat kesehatannya menurun. Soekarno menjadi linglung dan suka bicara sendiri.

Pengamanan terhadap Soekarno diperketat. Alat sadap dipasang di setiap sudut rumah. Rupanya singa tua sakit-sakitan dalam sangkar berlapis ini masih menakutkan bagi Jenderal Soeharto.

Puncaknya, Soekarno dilarikan dari Wisma Yasoo tanggal 16 Juni 1970 dalam kondisi sekarat. Dia ditempatkan dalam sebuah kamar dengan penjagaan berlapis di lorong-lorong Rumah Sakit. Hal itu diceritakan dalam buku 'Hari-hari Terakhir Soekarno' yang ditulis Peter Kasenda dan diterbitkan Komunitas Bambu.

Kondisi Soekarno terus memburuk. Pukul 20.30 WIB, Sabtu 20 Juni 1970, kesadaran Soekarnomenurun. Minggu dini hari, Soekarno tak sadar dan koma.

Dokter Mahar Mardjono sadar ini mungkin detik-detik terakhir hidup Putra Sang Fajar itu. Dia kemudian menghubungi anak-anak Soekarno. Meminta mereka segera datang.

Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB, anak-anak Soekarno sudah berkumpul di RSPAD. Tampak Guntur, Megawati, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati menunggu dengan tegang kabar ayah mereka.

Pukul 07.00 WIB, Dokter Mahar membuka pintu kamar. Anak-anak Soekarno menyerbu masuk ke ruang perawatan. Mereka memberondong Mahar dengan pertanyaan. Namun Mahar tak menjawab, dia hanya menggelengkan kepala.

Pukul tujuh lewat sedikit, suster mencabut selang makanan dan alat bantu pernapasan. Anak-anakSoekarno mengucapkan takbir.

Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga ayahnya. Soekarno mencoba mengikutinya. Namun kalimat itu tak selesai.

"Allaaaah..." bisik Soekarno pelan seiring nafasnya yang terakhir.

Tangis pecah. Pukul 07.07 WIB, seorang manusia bernama Soekarno kembali pada penciptanya. Berakhirlah tugasnya sebagai penyambung lidah rakyat Indonesia.

Tapi kematian juga yang membebaskannya dari status tahanan rumah Orde Baru. Soekarnomerdeka dari para pengawal, tembok-tembok tinggi, alat penyadap dan para interogrator. Soekarnotelah bebas.

*****

Hari ini memperingati Haul Soekarno ke-43, tim merdeka.com mencoba menurunkan tulisan berseri tentang akhir hidup Soekarno.

Redaksi mengirimkan wartawan kami Imam Mubarok ke Blitar untuk melakukan reportase langsung di Makam Bung Karno.

Di Bogor, Ilham Kusmayadi menelusuri jejak Soekarno di Batutulis. Semantara Ahmad Baiquni mengunjungi Museum Satria Mandala, yang dulu dikenal dengan Wisma Yasoo.

Lalu ada Ramadhian Fadillah, Iqbal Fadil, Muhammad Taufik, Mardani, dan Hery Winarno yang berkutat dengan buku-buku dan mewawancarai nara sumber untuk melengkapi rangkaian kisah ini. Harapan kami, tulisan ini memperkaya pengetahuan pembaca tentang sosok Soekarno dan sejarah negeri ini yang jarang dikupas.

Selamat membaca.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/allah-kalimat-terakhir-soekarno-sebelum-meninggal.html

Marhaen meninggal disiksa tentara Jepang

Marhaen meninggal disiksa tentara Jepang


Marhaen meninggal disiksa tentara Jepang
Soekarno. ©2012 Merdeka.com/dok

Marhaen, sosok petani muda yang menginspirasi ideologi Soekarno, tidak berumur panjang. Pihak keluarga menceritakan Marhaen tewas sekitar tahun 1943 saat penjajahan Jepang.
"Beliau mah sudah meninggal pada tahun 1943, dikejar kejar untuk romusha," kata Darmin Marhaen, cucu Marhaen, saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (11/1).
Ketika itu memang Jepang mewajibkan rakyat Indonesia untuk kerja paksa yang dikenal dengan nama romusha. Para romusha ini bertugas membuat jalan kereta api, tempat pertahanan, hingga lapangan udara. Mereka tidak mendapat makanan cukup dan obat-obatan sehingga banyak yang tewas.
Walau memiliki ilmu bela diri, Marhaen juga bukan tandingan tentara Jepang yang bersenjata lengkap.
"Punya ilmu hitam Batara Karang. Tapi jarang dipakai," kata Darmin dengan logat Sunda yang kental.
Darmin yang lahir tahun 1947 ini pun tidak pernah bertemu kakeknya. Dia hanya mendengar cerita Marhaen dari ibu dan ayahnya.
Nama Marhaen menjadi legenda dalam sejarah politik Indonesia. Soekarno menciptakan suatu ideologi bernama Marhaenisme.
Padahal Marhaen hanya seorang petani sederhana yang ditemui Soekarno secara tidak sengaja.Soekarno menemukan seorang petani berbaju lusuh yang sedang bekerja di sawah tahun 1920an di Bandung. Soekarno berpendapat Marhaen adalah figur yang mewakili rakyat Indonesia yang bekerja keras tapi terus menerus miskin akibat feodalisme dan imperialisme.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/marhaen-meninggal-disiksa-tentara-jepang.html 

6 Kepala negara sahabat dekat Presiden Soekarno

6 Kepala negara sahabat dekat Presiden Soekarno


6 Kepala negara sahabat dekat Presiden Soekarno
Sahabat Soekarno. wikipedia.org

Tanggal 9 Oktober kemarin, tepat 45 tahun Che Guevara ditembak mati tentara Bolivia. Che adalah seorang sahabat Presiden Soekarno.

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, diakui sebagai salah satu pemimpin yang berpengaruh di dunia. Soekarno bergaul akrab dengan para pemimpin dunia lainnya. Dia selalu percaya diri walau menghadapi para pemimpin dari negara yang jauh lebih maju.

Soekarno dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik, supel dan penuh canda. Dia juga dikenal sangat menghormati wanita. Tak heran, banyak wanita terpesona sikapnya yang gentleman.

Teman akrab Soekarno tak hanya dari negara berkembang. Dia pun akrab dengan Presiden Amerika Serikat dan Uni Soviet. Walau lebih condong pada negara-negara sosialis, Soekarno dan Presiden AS John F Kennedy nyatanya bersahabat dekat.
Soekarno tak pernah pilih-pilih teman dalam pergaulan di dunia internasional. Jika membantu Indonesia dan menghargai revolusi, pasti cocok dengan Soekarno.

Berikut para pemimpin dunia yang menjadi sahabat Soekarno.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kepala-negara-sahabat-dekat-presiden-soekarno.html

Che Guevara, sahabat dekat Soekarno

Che Guevara, sahabat dekat Soekarno


Che Guevara, sahabat dekat Soekarno
Soekarno dan Che Guevara. ©2012 Merdeka.com

Pejuang revolusioner Kuba Che Guevara meninggal tepat 45 tahun lalu. Che ditembak mati tentara Bolivia tanggal 9 Oktober 1967. Saat itu Che memimpin perlawanan di negara tersebut. Dia meninggalkan jabatan menteri di Kuba dan memilih berjuang untuk negara-negara tertindas di Asia Selatan dan Afrika.

Che dan Presiden Soekarno ternyata sahabat dekat. Keduanya saling mengagumi dan mempunyai semangat yang sama untuk memajukan negara-negara dunia ketiga.

Kala itu, Fidel Castro dan Che Guevara baru memenangkan revolusi di Kuba. Pada Bulan Juni 1959, Castro mengutus Che melawat ke negara-negara Asia. Ada 14 negara yang dikunjungi Che, sebagian besar negara peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.

Tentu Indonesia sebagai tuan rumah konferensi Asia Afrika, mendapat lawatan khusus Che. Dia menemui Presiden Soekarno di Jakarta. Keduanya berdiskusi panjang lebar soal revolusi di masing-masing negara. Keduanya cocok karena sama-sama anti imperialis. Selain berdiskusi, Che juga menjalin kerjasama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Kuba. Che juga sempat berwisata ke Candi Borobudur.

Dia yang terkesan dengan Soekarno kemudian mengundang Soekarno untuk ganti berkunjung ke Kuba.

Maka tahun 1960, Soekarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel Castro langsung menyambutnya di Bandara Havana. Soekarno disambut meriah. Warga Kuba berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster bertuliskan 'Viva President Soekarno'.

Soekarno banyak berdiskusi dengan Castro soal apa yang telah dilakukannya di Indonesia. Di tengah kepulan cerutu kuba yang legendaris, Soekarno memaparkan konsepnya soal Marhaenisme.Soekarno menjelaskan kemandirian di bidang ekonomi. Bagaimana rakyat bisa menjadi tuan di negerinya sendiri tanpa didikte imperialisme.

Fidel Castro yang juga anti-Amerika klop dengan Soekarno. Sejarah menunjukkan keduanya tidak pernah mau didikte Amerika Serikat.

Foto-foto Soekarno, Che dan Castro menunjukkan hubungan yang sangat dekat. Soekarnomenghadiahi Castro keris, senjata asli Indonesia. Mereka tertawa seperti dua sahabat saat bertukar penutup kepala. Soekarno menukar kopiahnya dengan topi a la komandan militer yang menjadi ciri khas Castro. Che pun tampak senang mengenakan kopiah Soekarno.

Saat itu revolusi baru saja terjadi di Kuba. Castro dan Che baru menumbangkan rezim Batista dan mengambil alih kepemimpinan Kuba tahun 1959. Karena itu euforia revolusi terjadi di semua pelosok Kuba.

Yang unik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi yang memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.

Cerita itu dituturkan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.

Saat itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua peserta bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.

Polisi itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno. Rupanya dia mau pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu memberi hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi kembali dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja.

"Bung Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih dalam revolusi," ujar Bambang.

Lawatan ke Kuba sangat mengesankan untuk Soekarno. Sangat berbeda dengan lawatannya ke Washington beberapa waktu sebelumnya. Kala itu Soekarno tersinggung dengan Presiden Eisenhower yang sombong. Eisenhower menganggap remeh Soekarno yang dianggapnya datang dari negara dunia ketiga.

Dibiarkannya Soekarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya. AmarahSoekarno pun meledak.

"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi," ujar Soekarnodengan marah.

Para pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta Soekarno tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Soekarno.

Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Soekarno tak bisa diremehkan.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/che-guevara-sahabat-dekat-soekarno.html

Soekarno soal cerutu Kuba, Che dan Castro

Soekarno soal cerutu Kuba, Che dan Castro


Soekarno soal cerutu Kuba, Che dan Castro
Soekarno dan Che Guevara. merdeka.com/ist

Soekarno punya banyak sahabat di luar negeri. Salah satu yang paling dekat mungkin dengan para pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro dan Che Guevara.

Che Guevara lebih dulu berkunjung ke Indonesia tahun 1959. El Comandante ini berdiskusi panjang lebar soal revolusi di Indonesia. Pada waktu itu, Che juga merupakan wakil resmi pemerintah Kuba untuk membicarakan hubungan dagang antar kedua negara. Soekarno cocok dengan pribadi Che. Keduanya penuh energi dan bergaya informal.

Che sempat berwisata ke Candi Borobudur. Dia yang terkesan dengan Soekarno kemudian mengundang Soekarno untuk ganti berkunjung ke Kuba.

Maka tahun 1960, Soekarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel Castro langsung menyambutnya di Bandara Havana. Soekarno disambut meriah. Warga Kuba berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster bertuliskan 'Viva President Soekarno'.

Soekarno banyak berdiskusi dengan Castro soal apa yang telah dilakukannya di Indonesia. Di tengah kepulan cerutu kuba yang legendaris, Soekarno memaparkan konsepnya soal Marhaenisme.Soekarno menjelaskan kemandirian di bidang ekonomi. Bagaimana rakyat bisa menjadi tuan di negerinya sendiri tanpa didikte imperialisme.

Fidel Castro yang juga anti-Amerika klop dengan Soekarno. Sejarah menunjukkan keduanya tidak pernah mau didikte Amerika Serikat.

Foto-foto Soekarno, Che dan Castro menunjukkan hubungan yang sangat dekat. Soekarnomenghadiahi Castro keris, senjata asli Indonesia. Mereka tertawa seperti dua sahabat saat bertukar penutup kepala. Soekarno menukar kopiahnya dengan topi a la komandan militer yang menjadi ciri khas Castro. Che pun tampak senang mengenakan kopiah Soekarno.

Saat itu revolusi baru saja terjadi di Kuba. Castro dan Che baru menumbangkan rezim Batista dan mengambil alih kepemimpinan Kuba tahun 1959. Karena itu euforia revolusi terjadi di semua pelosok Kuba.

Yang unik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi yang memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.

Cerita itu dituturkan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.

Saat itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua peserta bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.

Polisi itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno. Rupanya dia mau pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu memberi hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi kembali dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja.

"Bung Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih dalam revolusi," ujar Bambang.

Lawatan ke Kuba sangat mengesankan untuk Soekarno. Sangat berbeda dengan lawatannya ke Washington beberapa waktu sebelumnya. Kala itu Soekarno tersinggung dengan Presiden Eisenhower yang sombong. Eisenhower menganggap remeh Soekarno yang dianggapnya datang dari negara dunia ketiga.

Dibiarkannya Soekarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya. AmarahSoekarno pun meledak.

"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi," ujar Soekarnodengan marah.

Para pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta Soekarno tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Soekarno.

Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Soekarno tak bisa diremehkan.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/soekarno-soal-cerutu-kuba-che-dan-castro.html